Ikonografi Naga Bagian 2: Sinkretisme dan Sains

Dari pinterest.com

Saya tertarik dengan asal mula mitos; Yang mencerminkan akar tersembunyi yang berada di luar narasi lokal dan mengajukan pertanyaan sebagai bahan kontemplasi dan dialog. Omnipresensi ophiolatry (pemujaan ular) dan asal usul naga sangat mempesona, seperti tentang bagaimana simbol ular telah disaring melalui mitologi kita. Pada bagian pertama dari seri ini, saya sedikit merefleksikan penampilan ular dalam mitos dan ikonografi — bukan hanya yang terdapat dalam Buddhisme, tetapi di hampir setiap tradisi spiritual. Saya merenungkan hubungannya dengan kesuburan dan energi kundalini, serta perannya sebagai representasi alkimia pribadi dan kebijaksanaan, serta dalam hubungannya yang bersentuhan dengan kreativitas. Dan ketika hal itu tiba ke kisah penciptaan, terdapat kesamaan yang tak terbantahkan dengan mitos-mitos ini.

Bahkan sebelum masa sejarah yang tercatat, sekitar 5.300 tahun yang lalu, manusia telah meninggalkan petunjuk kepada kita.

Pada tahun 1995, selama kunjungan lapangan ke Bukit Tsodilo di barat laut Botswana, sebuah tim yang dipimpin oleh Sheila Coulson, seorang associate professor dari University of Oslo, menemukan bukti adanya aktivitas ritual ular, yang menunjukkan bahwa kemampuan manusia untuk berpikir secara abstrak dan mengadakan ritual sudah muncul sejak sekitar 70.000 tahun yang lalu.1 Jika benar, maka ini menyiratkan bahwa pemujaan manusia terhadap ular secara signifikan mendahului semua mitologi lainnya. Orang-orang San yang tinggal di sana adalah keturunan langsung dari manusia paling awal yang dikenal di Bumi.2 Mereka menyebut bukit-bukit ini sebagai “Gunung para Dewa.” Mereka berbicara tentang leluhur mereka, dan semua umat manusia, sebagai keturunan dari ular sanca agung, dan bahwa ular raksasa ini menggaruk-garuk tanah untuk mencari air. Legenda ini tidak berbeda dengan Goorialla3, ular Pelangi dalam mitos penciptaan dari penduduk asli Australia, yang juga membentuk tanah sambil meliuk-liuk untuk mencari kelompoknya.

Lukisan kuno Nu Wa (kiri) dan Fu Xi (kanan) yang ditemukan dalam penggalian di Xinjiang. (dari wikipedia.org)

Kisah diatas juga memiliki kesamaan dengan narasi penciptaan di Cina, di mana ular berkaki memerintah dan terkenal sebagai naga yang penuh dengan kebajikan. Di antara banyak variasi mitos tersebut juga terdapat legenda tentang makhluk setengah ular, ibu Dewi yang Agung, yang bernama Nu Kua (atau Nu Wa), yang berperan dalam memulihkan ketertiban, menciptakan dataran di Bumi, dan melahirkan manusia, yang sebagian besar karyanya itu ia ciptakan dari lumpur. Dengan cara yang mirip, ular Mesir Nehebkau berenang dalam kekacauan perairan kosmik purba sebelum menjadi dewa yang menyatukan roh (Ka) dengan materi fisik.

Di India, umat Hindu memiliki mitos tentang seekor ular kosmik bernama Ananta atau Sheshanaga, raja dari semua naga. Ular langit agung tempat Dewa Wisnu beristirahat di atasnya, yang melepas dan menguraikan gulungan saat ia menciptakan, dan ia juga yang melenyapkan alam semesta. Sheshanaga juga adalah pengasuh wo / manusia, yang muncul dalam bentuk feminin dengan Dhyani-Buddha Amitabha, dan memiliki perangai yang mirip dengan ular Midgard Nordic yang akan menguasai dunia untuk selamanya.

Ini hanyalah beberapa contoh mitos penciptaan di mana ular besar adalah sumber kehidupan. Di satu sisi budaya-budaya ini tampak berbeda dan tidak terkait, namun mereka jelas berbicara dengan ikonografi yang sama; yaitu garis bergelombang yang menciptakan materi.

dari hermesinstitut.org

Mungkinkah orang dahulu menyadari keberadaan gelombang sinus dan menggunakan motif ular sebagai metafora visual yang mudah dikenali? Apakah mereka telah mengetahui apa yang baru ditemukan oleh sains modern? Sementara simatik (modal vibrational phenomena) dengan jelas menunjukkan efek gelombang suara (gelombang mekanis) pada materi, dan ilmu pengetahuan menunjukkan kepada kita bahwa gelombang elektromekanis mengangkut energi melalui ruang hampa, pada tingkat subatomik, di samudra kesadaran murni, semua fenomena muncul dari berosilasi energi getaran. Materi hanyalah ilusi yang terbentuk dari frekuensi dan tidak ada fisik yang secara inheren ada. Tentunya tidak sepenuhnya puitis bahwa naga itu – ular – yang memegang sutra Prajnaparamita, dari semua sutra, menguraikan fakta ini. Ketika kita merasakan energi naga, apakah itu mengingatkan hubungan sejati kita dengan pengalaman yang fenomenal, bahkan noumenal ini? Dan jika demikian, bagaimana kita menggunakan pengetahuan ini?

Apakah aspek “melahirkan menjadi materi” ini alasan mengapa ular telah lama dikaitkan dengan pemujaan dewi — Ibu — dan mengapa kehidupan di Bumi tidak akan ada tanpa ciptaannya?

Orphic atau Telur kosmik (jungcurrents.com)

Semua itu mengingatkan kita pada aspek paling dasar dari penciptaan — yaitu reproduksi dan citra ular yang melilit telur. Konsep telur kosmik pertama kali disebutkan dalam kitab-kitab Veda dalam bahasa Sansekerta dan dikenal sebagai Brahmanda, dan terus berkembang sampai kepada kisah Telur Orphic dari alkimia. Tetapi tentunya hal itu kelihatannya hanya sebagai metafora visual untuk suatu konsepsi? Apakah ini adalah saat ular menjadi maskulin dalam merepresentasikan bersatunya sperma putih dengan sel telur?

Makam Seti dalam bentuk Ba-nya sebagai Dewa Matahari. Di sekelilingnya terdapat Sia, kekuatan dari sang kata dan sihir Heqa. (pinterest.com)

Lukisan-lukisan Mesir kuno sering menggambarkan cakram merah matahari dengan ular putih yang menyelimutinya (di hadapan Ra, dewa matahari mereka yang feminin, seperti halnya banyak budaya kuno lain di seluruh dunia). Sementara hal itu membuka banyak kemungkinan bagi penafsiran, ia juga membuat saya bertanya-tanya apakah ini adalah awal dari citra merah dan putih yang terdapat dalam alkimia Hermetik, Kristen, tetes-tetes Buddhisme yang tidak terhancurkan hingga energi ida dan pingala dari yoga kundalini. Apakah pada akhirnya hanya merah darah menstruasi dan putih semen, “resep” asli dalam proses penciptaan dan dengan demikian ini dimaksudkan untuk “mengabadikan” suatu gen? Seperti halnya Mitos Veda yang berbicara tentang Shesha (Atanda atau Vasuki) yang membuat tongkat pengaduk ramuan sejenis susu untuk menciptakan air keabadian, yang dikenal sebagai soma. Meskipun hal itu belum diketahui ilmu pengetahuan sampai tahun 1677, ketika seorang ilmuwan Belanda Antonie van Leeuwenhoek dikreditkan sebagai orang pertama yang menyaksikan bentuk spermatozoa, namun ini menunjukkan bahwa pencitraan dari orang-orang zaman dahulu adalah konsepsi, dan mereka sudah menyadarinya ribuan tahun yang lalu.

Dalam ophiolatry, ramuan rahasia keabadian, beberapa orang mengatakan bahwa ramuan itu dibuat dengan mencampurkan racun dan antivenom yang mengandung susu ular. Anehnya hal ini sekarang menjadi bidang dengan peminat yang meningkat di antara para peneliti ilmiah modern, yang melihat pada kualitas racun dalam mengikat sel dan implikasi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Apakah orang dahulu mengetahui hal ini? Dan apakah ini penyebab yang membuat mereka dihormati? Meskipun sebagian lainnya mengatakan bahwa itu tidak lebih hanya sekedar metafora, seperti halnya merah dan putih dari energi yang mengalir di tulang belakang kita selama meditasi kundalini.

Penelitian menunjukkan bahwa ada 150 mililiter CSF dalam satu waktu perjalanan dari otak ke pangkal tulang belakang. (ctcranio.com)

Namun hal ini juga telah meningkatkan validitas ilmiah ketika kita melihat penelitian tentang cairan serebrospinal (CSF) serta karya Mauro Zappaterra yang menunjukkan bahwa ada 150 mililiter CSF hingga 600 mililiter dalam satu waktu yang diproduksi dan bergerak bolak-balik setiap hari, bepergian dari bagian dalam maupun luar otak menuju ke pangkal tulang belakang. Penelitian juga menunjukkan bahwa sel-sel kita mengakses cairan ini: informasi berasal darinya dan diteruskan ke seluruh tubuh. Ventrikel lateral di kedua sisi dari kelenjar pineal kita juga terlihat aneh, seperti dua kepala kembar dari ular Caduceus, yang sering terlihat mengapit kerucut pinus (mewakili kelenjar pineal) pada banyak patung dari seluruh dunia. Ini beresonansi dengan praktik kundalini dan memberikan perspektif modern tentang apa yang selama ini tampaknya diketahui oleh para yogi — bahwa energi mengguncang tulang belakang dan pusat kita di daerah pineal, yang memberi kita akses ke perubahan kondisi kesadaran atau, mengutip Zappaterra, “ CSF sebagai penghantar cairan sumber energi ke tubuh fisik kita. ”

Ventrikel Otak (humananatomylibrary.com)

Faktanya, ventrikel lateral mengakses semua bagian otak, secara instan mengkomunikasikan informasi dan melewati jalur sinaptik (kognitif). Semua ini menjadi lebih aneh ketika kita mengingat salah satu citra Mesir kuno: Mata Horus dan mahkota bergaris para firaun dengan Uraeus di pusat mahkota,yang dapat dipastikan bahwa itu mewakili otak dan menunjukkan akan pentingnya itu dalam kesadaran mereka. Kelenjar pineal mengeluarkan berbagai hormon yang mengatur ritme sirkadian kita, tetapi yang paling penting adalah metatonin yang dilepaskannya, yang, berkat bahan utamanya DMT, dapat memberi kita akses ke kondisi kesadaran yang tidak biasa.

Perbandingan antara tampilan bagian ventral otak manusia dan elemen desain hiasan kepala orang Mesir. (pinterest.com)

Ular tampaknya menjadi salah satu visi yang paling umum selama meditasi perdukunan, psikedelik, atau visioner. Yang mengherankan — terlepas apakah itu legenda urban atau bukan — ahli biologi molekuler, biofisikawan, dan ahli saraf Inggris Francis Crick mengatakan telah menelan LSD ketika ia dan rekannya, J. Watson, mendapatkan visi pertamanya tentang struktur heliks DNA pada tahun 1953, sebuah penemuan yang mengubah jalannya ilmu biologi.

Dalam mitos Cina Nu Kua dan saudaranya, Fu Xi, kita melihat dua makhluk berbadan ular yang penggambarannya dalam seni sangat mirip dengan double helix. Di wilayah yang dikenal dengan bulan sabit subur (fertile crescent) di masa Sumeria kuno kita juga menemukan Enki dan putranya Ningišzida, yang dikenal tidak hanya oleh orang Sumeria, tetapi juga oleh orang Mesir sebagai Thoth di sekolah misteri besar di Karnak. Dalam seni ia diwakili dengan tubuh ular berkepala manusia, atau sebagai ular berkepala dua. Simbol ini kemudian diadopsi oleh orang-orang Yunani, dan menyebutnya caduceus, yang dianggap memiliki hubungan dengan kesehatan dan penyembuhan, dimana keyakinan itu masih digunakan sampai hari ini.

Tongkat kerucut pinus Osiris dari masa 1224 SM, Museum Mesir di Turin, Italia (kiri) dan lambang kedokteran yang menggambarkan kerucut pinus, di Gedung Whitehall di New York (kanan). Dari joindiaspora.com

Bahkan dengan beberapa contoh ini, tampaknya sulit untuk tidak membayangkan makhluk yang lebih sempurna daripada ular dalam mewakili aspek-aspek penciptaan ini. Pada bagian ketiga dari seri ini, saya akan menngabaikan contoh-contoh dan kembali ke tema asal usul naga sehubungan dengan penyebaran ajaran kebijaksanaannya, serta bagaimana kaitan dari tema ini dengan Mesir kuno yang menjadi fokus bahasan saya, dan rahasia potensial lainnya yang secara mendasar terbukti menarik.

Sumber: disini


1 Ritual tertua di dunia yang pernah ditemukan. Penyembahan kepada python yang berasal dari masa 70.000 tahun yang lalu (Apollon)

Sementara penetapan masa pembuatan dari peninggalan-peninggalan yang terdapat di gua ular Botswana mungkin menyimpang, namun sekarang telah diterima bahwa berbagai “lukisan” yang ditemukan di Gua Blombos di Afrika Selatan itu berasal dari masa 100.000 tahun yang lalu, sehingga membuat penanggalan Coulson menjadi cukup layak untuk dipertimbangkan. Bukti nyata yang terdapat di gua-gua ini menunjukkan bahwa evolusi umat manusia dan penghormatan ritualistik awal seperti yang diajarkan dalam sejarah konvensional kita, ternyata sudah berlangsung sejak puluhan ribu tahun yang lalu.

2 Genetika orang-orang SAN

Berbagai studi kromosom Y menunjukkan bahwa San membawa beberapa haplogroup Y-kromosom manusia yang paling berbeda. Haplogroup ini adalah sub-kelompok spesifik haplogroup A dan B, dua cabang paling awal pada pohon kromosom Y manusia.

3 Nama lain dari Ular pelangi yang diberikan oleh kelompok yang berbeda

Leave a comment