Datangnya Enkidu

Gilgamesh pergi ke luar dari negerinya, tetapi dia tidak berjumpa dengan orang yang dapat diajak bertarung dengannya hingga dia pulang kembali ke Uruk. Tetapi para lelaki di Uruk merengut di rumah masing – masing. Gilgamesh tedengar seperti racun untuk kesenangannya, sikap arogannya tidak peduli siang atau malam. Tidak ada anak laki laki yang tinggal dengan ayahnya, karena Gilgamesh membunuh semuanya; seorang raja seharusnya menjadi pelindung bagi rakyatnya. Birahinya menyebabkan hilangnya kesucian semua kekasihnya, tidak perduli anak perempuan dari para pendekar atau istri – istri para bangsawan; Padahal sebelum ini, pelindung dari kota bersikap bijak, ramah, dan tegas.

Raja Ashurbanipal, 669-627 SM

Dewa – Dewa mendengar keluh kesah mereka, Dewa Dewa di kahyangan menangis kepada penguasa Uruk, kepada Anu, Dewa pelindung Uruk: Dewa – Dewa membuat dia, kuat bagaikan sapi jantan liar, tidak ada seorangpun yang mampu bertarung dengannya. Tiada anak – anak yang tinggal dengan ayah mereka lagi, karena Gilgamesh membunuh mereka semua; dan apakah ini raja yang dapat menjadi pelindung bagi rakyatnya? Birahinya menyebabkan semua kekasihnya kehilangan kesucian nya, tidak peduli anak – anak para ksatria ataupun istri – istri para bangsawan. Ketika Anu telah mendengarkan keluh kesah mereka, Dewa – Dewa menangis pada Aruru, Dewi pencipta, “Kamu yang membuatnya, O Aruru, sekarang ciptakanlah seseorang yang mampu menyamainya; biarkan ciptaanmu ini seperti cerminan bagi dia, kembarannya, hati yang kacau unuk hati yang kacau pula. Biarkan mereka bersenang senang sepuasnya bersama dan meninggalkan Uruk dengan tenang.”

Lalu Dewi – Dewi meyusun gambaran yang pasti dalam pikirannya, dan dengan kemampuannya, Anu sang penguasa langit memasukkan tangannya kedalam air dan mengambil sejumput tanah liat, kemudian dia membiarkannya jatuh kedalam hutan belantara maka bangsawan Enkidu-pun tercipta. Nampak tergambar pada dirinya sosok sang dewa perang, yakni Ninurta sendiri. Tubuhnya sangat kokoh, dia mempunyai rambut panjang bagaikan wanita; bergelombang seperti rambut Nisaba, Dewi Jagung. Tubuhnya tertutup dengan bulu seperti Samuqan, dewa ternak. Dia adalah manusia yang tidak berdosa, dia tidak tahu apa – apa tentang cara mengolah lahan.

Enkidu makan rumput di bukit dengan rusa dan berdesak – desakan dengan hewan liar pada sumber – sumber air; dia menikmati kesenangan bermain air dengan kawanan hewan liar dialam. Tetapi ada pemburu ( Dalam cerita ini pemburu tersebut berburu dengan jalan menjebak buruannya karena itu disebut Trapper ) yang menjumpai dia suatu hari dimata air secara langsung, karena hewan liar telah memasuki daerah kekuasaannya. Selama 3 hari pemburu tersebut berjumpa dengan Enkidu secara langsung , dan sang pemburu membeku ketakutan. Pemburu tersebut kembali kerumahnya dengan hasil buruan yang telah ditangkap, dia merasa amat terkejut, badannya serasa lumpuh. Wajahnya berubah seolah olah seseorang yang baru saja mengadakan perjalanan jauh. Dengan rasa hormat di hatinya dia berbicara pada ayahnya:”Ayah, disana ada laki – laki, tidak seperti yang lain, yang datang dari puncak bukit. Dia yang terkuat di dunia, dia seperti manusia abadi dari kahyangan. Dia menjelajahi seluruh bukit dengan hewan – hewan liar dan makan rumput; dia menjelajahi tanahmu dan turun menuju mata air. Saya takut dan tidak berani mendekati dia. Dia menutup lubang (perangkap) yang saya gali dan membongkar perangkap yang telah saya pasang; dia menolong hewan – hewan liar untuk kabur dan mereka sekarang lolos dari tangan saya.”

Ayahnya membuka mulut dan berbicara pada sang pemburu, ”Anakku, di Uruk hidup Gilgamesh; tidak ada seorangpun yang menang menghadapi dia sebelumnya, dia kuat bagaikan sebuah bintang dari kahyangan. Pergilah ke Uruk, temukan Gilgamesh, puji- pujilah kekuatan dari manusia liar ini. Minta dia untuk memberimu seorang pelacur dari kuil cinta; wanita pemberi kepuasan; kembalilah bersama pelacur tersebut, dan biarkan kekuatan wanita itu mengalahkan kekuatan manusia liar tersebut. Sewaktu dai datang kembali ke mata air unutk minum, dia akan memeluk wanita tersebut, dan hewan – hewan liar akan menolak dia.”

Kemudian sang pemburu melakukan perjalanan ke Uruk dan menemui Gilgamesh,”Seorang lelaki yang tidak seperti kita semua sedang berkeliaran di padang rumput; dia kuat bagaikan bintang dari kahyangan dan saya takut mendekatinya. Dia menolong hewan – hewan liar untuk lepas dari perangkap saya; dia mengisi lubang perangkap yang saya buat dan merusak perangkap saya.”Gilgamesh berkata,”Pemburu, kembalilah, bawalah seorang pelacur, wanita pemberi kesenangan. Di mata air, dia akan memeluk wanita itu dan hewan – hewan liar pasti akan menolaknya.”

Sekarang sang pemburu telah kembali, dengan membawa seorang pelacur. Setelah tiga hari mengadakan perjalanan, mereka sampai pada mata air dan mereka duduk; sipelacur dan pemburu berhadap – hadapan dan menunggu hingga saatnya tiba. Pada hari pertama dan kedua mereka duduk menunggu, tetapi pada hari ketiga rusa – rusa datang; Hewan – hewan kecil liar dari tanah lapang merasa gembira karena menjumpai air dan Enkidu bersama mereka, Enkidu yang makan rumput dengan kerumunan tersebut dan lahir bukit; dan sipelacur melihatnya, si orang liar, datang dari bukit yang jauh. Si pemburu berkata kepada si pelacur:”Itulah dia. Sekarang buatlah dadamu nampak menantang, jangan mal – malu, jangan menunda – nunda dan terimalah cintanya. Biarkan dia melihatmu telanjang, biarkan dia memiliki tubuhmu. Sewaktu dia datang mendekat bukalah pakaianmu dan berbaringlah bersama dia; ajarilah dia, si manusia liar, seni kewanitaanmu, dan sewaktu cintanya menetes padamu, hewan – hewan liar yang berbagi hidup dengannya selama ini dibukit akan menolak dia.”

Wanita tersebut tidak merasa malu membimbingnya, menelanjangi dirinya dan menerima hasratnya, dia bermaksud agar si liar bercinta dan menagajarinya tentang seni kewanitaan. Selama enam hari dan tujuh malam mereka berbaring bersama, Karena Enkidu telah melupakan rumahnya dibukit; tetapi sewaktu dia telah puas dia kembali kekehidupan liar. Ketika kerumunan hewan liar melihatnya , mereka meloncat pergi. Enkidu seharusnya diikuti, tapi tubuhnya seolah – olah terikat oleh kawat, lututnya yang membantunya berlari, kecepatannya hilang. Dan sekarang semua hewan liar telah pergi semua; Enkidu telah menjadi lemah, kebijakan ada padanya, dan kearifan dari seorang laki laki ada dalam hatinya. Lalu dia kembali dan duduk di kaki si wanita, dan mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang dikatakan olehnya.”Kamu bijaksana, Enkidu, dan sekarang kamu telah menjadi seperti dewa. Kenapa kamu ingin menjadi liar dengan hewan – hewan di hutan? Pergilah denganku. Akan kubawa kamu kepada tembok besar Uruk, ke kuil yang diberkati Ishtar, dan Anu, cinta dan kesenangan: Disana hidup Gilgamesh, yang sangat kuat, dan bagaikan sapi jantan liar dia memerintah rakyatnya.

Sewaktu dia berbicara, Enkidu sangatlah senang; dia menanti seoarng pendamping, seseorang yang mengerti hatinya.”Ayolah, bawalah aku ke kuil suci, kerumah Anu dan Ishtar, dan ketempat diaman Gilgamesh menguasai manusia. Aku akan menantangnya, aku akan berteriak sekeras mungkin di Uruk,”Aku adalah yang terkuat disini, aku datang unutk merubah aturan – aturan lama, aku adalah orang yang lahir di bukit, aku adalah yang terkuat diantara semuanya.”

Si wanita berkata,”Ayo pergi, dan biarkan dia tahu wajahmu. Aku tahu dengan pasti bahwa Gilgamesh adalah penguasa Uruk. O Enkidu, disana semua orang berpakaian dalam jubah – jubah yang indah, setiap hari adalah hari libur, muda mudi nya amat bagus parasnya untuk dilihat. Betapa menyenangkan bau mereka ! Yang paling membangkitkan adalah yang datang dari tempat tidur mereka. O Enkidu , kamu yang mencintai kehidupan, aku akan menunjukkanmu Gilgamesh. Dia adalah orang yang gembira; kamu akan melihatnya dalam pancaran kejantanan. Tubuhnya begitu sempurna dan dewasa; dia tidak pernah beristirahat siang ataupun malam. Dia lebih kuat daripada kamu, jadi tinggalkanlah bualanmu. Shamash pembesar dari matahari telah memberikan kepada Gilgamesh kemurahan hati, dan Anu di Kahyangan, dan Enlil, dan Ea si bijak telah memberinya pengertian yang mendalam. Aku beritahu engkau, bahkan sebelum meninggalkan hutan belantara, Gilgamesh akan mengetahui dalam mimpinya bahwa kamu akan datang.”

Sekarang Gilgamesh berdiri untuk memberitahu mimpinya pada ibunya, Ninsun, salah satu dari dewi yang bijaksana,”Ibu, tadi malam aku bermimpi. Aku berada dalam keadaan penuh kesenangan, ksatria ksatria muda berkumpul semua disekitarku dan aku berjalan melalui malam dibawah bintang – bintang dicakrawala, dan ada satu meteor milik Anu, jatuh dari kahyangan. Aku mencoba untuk mengangkatnya tapi terlalu berat. Semua orang di Uruk datang berkumpul melihat hal tersebut, orang – orang biasa bersenang senang sepuas hati dan para bangsawan beramai – ramai mencium kaki mereka; dan bagiku hal itu adalah pertunjukan seperti cinta seorang wanita. Mereka menolongku, aku mengusap dahiku dan aku mengangkat nya denga tali kulit dan membawanya padamu, dan kamu sendiri menyatakannya sebagai saudaraku.”

Kemudian Ninsun, yang dikaruniai dengan kebijakan yang besar, berkata pada Gilgamesh,”Apa yang telah kamu lihat , bintang kahyangan yang melintas dan kamu ikat adalah seorang wanita, dia adalah pendamping yang kuat, seorang yang memberi bantuan kepada temannya dikala membutuhkan. Dia adalah yang terkuat diantara semua makhluk liar, dia dilahirkan di tanah lapang dan hutan bukit yang buas membesarkannya; sewaktu kamu melihatnya kamu akan merasa gembira, kekuatannya seperti kekuatan salah satu dari penjaga kahyangan. Inilah arti dari mimpimu.”

Gilgamesh berkata,”Ibu, aku bermimpi dalam mimpi kedua. Di jalan tembok besar Uruk tergeletak sebuah kapak; bentuknya sangat aneh dan orang – orang bergerombol melihatnya. Aku melihatnya dan merasa senang. Aku mengikatnya, mencobanya melemparkan nya; Aku menyukainya seperti wanita dan memakainya di sisiku. Ninsun menjawab,”Kapak itu, yang kamu lihat, yang kamu lemparkan dengan penuh kekuatan seperti cinta seorang wanita, adalah pendamping yang kuberikan padamu, dia akan datang dengan kekuatan seperti penjaga kahyangan. Dia adalah teman yang berani yang menyelamatkan temannya yang
membutuhkannya.”Gilgamesh berkata pada ibunya, ”Nasib telah ditetapkan atas aku; jadi biarkanlah pendamping tersebut menjadi milikku.”

Dan sekarang sang pelacur berkata pada Enkidu,”Sewaktu aku melihat padamu kamu telah menjadi seperti dewa. Kenapa kamu bersikeras untuk menjadi liar kembali bersama hewan – hewan didalam hutan? Bangkitlah dari bawah, ranjang yang melindungimu.” Dia mendengarkan kata – kata si wanita dengan hati – hati. Sebuah nasihat bagus yang diberikan. Siwanita membagi pakaiannya menjadi dua dan dengan setengahnya dia mendandaninya dan sisanya dia pakai sendiri; dan memegang tangannya dia membimbingnya seperti seorang ibu kepada anaknya, dan ketempat makan para penggembala. Kerumunan penggembala berkeliling untuk melihatnya, mereka meletakkan roti didepannya, tapi Enkidu hanya dapat mengisap susu dari hewan liar. Dia meraba – raba dan menganga , tidak tahu apa yang harus dilakukan atau bagaimana dia harus memakan roti dan minum anggur keras. Kemudian si wanita berkata ,”Enkidu, makanlah roti, ini adalah bahan untuk hidup; minumlah anggur, ini adalah kebiasaan disini.” Lalu dia makan sampai dia merasa kekenyangan dan mabuk karena anggur keras, tujuh gelas minum. Dia menjadi gembira , hatinya bersukaria dan wajahnya merona. Dia mencukur bulu – bulu ditubuhnya dan meminyaki dirinya denga oli. Enkidu menjadi seorang laki – laki; tetapi sewaktu dia mengenakan baju pria dia kelihatan seperti pengantin. Dia mengambil senjata untuk berburu singa sehingga para penggembala dapat beristirahat dimalam hari. Dia menangkap serigala dan singa dan orang – orang ( para penggembala ) bergantung padanya untuk menjaga keamanan; bagi mereka Enkidu adalah penjaga mereka, seorang yang kuat yang tidak mempunyai saingan.

Dia bahagia hidup dengan para penggembala, sampai pada suatu hari memicingkan matanya dia melihat seseorang mendekat. Dia berkata pada si wanita (pelacur yang membawanya) ,”Jemputlah lelaki itu kemari. Kenapa dia datang kemari? Saya ingin sekali tahu namanya.” Wanita itu pergi dan dan menyapa si pendatang,”Tuan, kemanakah anda pergi dalam perjalanan yang melelahkan ini?”. Si orang asing menjawab, berkata pada Enkidu,”Gilgamesh telah memasuki rumah dewan yang menjadi hak dari rakyat; mereka berkumpul bersama untuk memilih pengantin, tetapi Gilgamesh memaki – maki mereka. Dia melakukan hal – hal aneh di Uruk; dia menuntut menjadi yang pertama dengan pengantin, raja yang pertama dan suami menyusul, karena ini ditetapkan oleh para dewa sejak kelahirannya, dari masa tali pusarnya diputus. Tapi sekarang pendapat tergantung dari pilihan pengantin dan penghuni kota.”Pada saat lelaki tersebut mangatakan hal tersebut wajah Enkidu berubah menjadi pucat.”Aku akan pergi ketempat dimana Gilgamesh menguasai orang orang, aku akan menantangnya terang – terangan , dan aku akan berteriak sekeras mungkin di Uruk,”Aku telah datang unutk menantang aturan – aturan lama, karena akulah yang terkuat disini.”

Sekarang Enkidu melangkah didepan dan siwanita berjalan mengikutinya dibelakang. Dia memasuki Uruk, yang merupakan pasar yang besar, dan semua penduduk asli berkumpul disekeliling dia dimana dia berdiri dijalan tembok besar Uruk. Orang – orang berdesak – desakan; berbicara tentang dia, mereka berkata,”Dia merasa iri pada Gilgamesh.”“Dia lebih pendek .”“Tulangnya lebih besar.”“Ini dia orang yang mengisap susu dari hewan liar dihutan, dia punya kekuatan hebat.”Orang lain menimpali:”Sekarang Gilgamesh telah menemui tandingannya. Orang hebat ini, pahlawan yang keelokannya seperti dewa, dia adalah lawan yang seimbang bagi Gilgamesh.”

Di Uruk tempat tidur bagi pengantin telah dibuat, cocok bagi ukuran dewi cinta. Pengantin menunggu di ruang tunggu yang disediakan bagi pengantin, tetapi pada malam hari Gilgamesh bangun dan pergi kesana. Kemudian Enkidu melangkah keluar, dia beridiri dijalan dan memblokirnya. Kemungkinan Gilgamesh datang dan Enkidu akan menemuinya di gerbang. Mencegah Gilgamesh memasuki rumah dimana ruang pengantin ada, kemudian mereka bergulat, seperti sapi jantan. Mereka merusakkan gardu jaga dan tembok berguncang. Gilgamesh menekuk lututnya dengan kakinya tertancap kokoh ditanah dan dengan satu putaran Enkidu dilemparkan. Kemudian dengan cepat amarah reda. Sewaktu Enkidu dilemparkan dia berkata pada Gilgamesh,”Tidak ada orang lain sepertimu didunia. Ninsun, yang lebih kuat dari sapi jantan dialam, dia adalah ibu yang menjemukan bagimu, dan kamu sekarang telah muncul diatas para laki – laki, dan Enlil telah memberimu maratabat, karena kekuatanmu melebihi kekuatan semua lelaki.”Lalu Enkidu dan Gilgamesh saling berpelukan dan persahabatan mereka dikukuhkan.

Kembali ke: Epos Gilgamesh

One thought on “Datangnya Enkidu

Leave a comment