Kematian Gilgamesh

Nasib ditentukan oleh ayah para dewa, Enlil penguasa gunung, telah menetapkan bagi Gilgamesh:”Di bawah bumi kegelapan akan menunjukkan padanya cahaya; kemanusiaan, semua yang kita ketahui, tak seorangpun akan meninggalkan monumen bagi generasi selanjutnya yang dapat dibandingkan dengannya. Kepahlawanan, kebijakan, seperti bulan baru dikilapkan dan menciut. Orang akan mengatakan, “Siapakah yang pernah memerintah dengan kebijakan dan kekuatan seperti dia?”Sebagaimana bulan gelap, bayangan bulan, tanpanya tiada cahaya. O Gilgamesh, inilah arti dari mimpimu. Kamu dianugerahi dengan kerajaan, seperti takdirmu, kehidupan abadi bukanlah takdirmu. Karena itu janganlah bersedih dihati, janganlah berduka cita atau merasa tertekan; dia telah menganugerahimu
kemampuan untuk mengendalikan diri dan sebaliknya, menjadi kegelapan maupun cahaya bagi umat manusia. Dia telah memberikan contoh yang tak dapat ditiru tentang supremasi atas manusia, dalam kemenangan yang tidak mengambil satu tawanan pun, dalam perampokan dan penyerangan yang tidak ada jalan mundur. Tapi jangan menyalahgunkan kekuasaan, berbaik – baiklah dengan pelayanmu dalam istana, berbaik – baiklah dengan wajah matahari.”

Raja telah membaringkan dirinya dan tidak akan bangkit lagi Penguasa Kullab tidak akan bangkit lagi Dia mengatasi kejahatan, dia tidak akan pernah datang lagi; Meski dia kuat tangannya dia tidak akan datang lagi; Dia mempunyai wajah bijak dan menyenangkan, dia tidak akan datang lagi; Dia pergi ke gunung, dia tidak akan kembali lagi; Diatas pembaringan di terbaring, dia tidak akan bangkit lagi, Dari berbagai macam warna dia tidak akan datang lagi.

Penduduk kota, baik kota besar maupun kecil, tidak diam; mereka meratap, semua laki – laki yang terdiri dari darah dan daging meratap. Takdir telah diucapkan; seperti ikan yang kena kait dia terbaring lurus diatas pembaringan, seperti kehebohan yang tertangkap jelas.

Untuk Gilgamesh, putra Ninsun, mereka punya tanggung jawab untuk memanjatkan doa mereka; istri tercintanya, putranya, selirnya, musisinya, penghiburny, dan semua penghuni rumahnya; pelayannya, pengurusnya, semua yang tinggal diistana wajib memanjatkan doa bagi Gilgamesh putra Ninsun, hati Uruk. Mereka melaksanakan kewajiban tersebut pada Ereshkigal, ratu kematian, dan kepada semua dewa kematian. Kepada Namtar, yang nasibnya, mereka laksanakan kewajiban tersebut. Roti bagi Neti penjaga gerbang, roti bagi Ningizzida dewa ratapan, penguasa pohon kehidupan; Karena Dumuzi jugalah, sang peratap muda, karena Enki dan Ninki, karena Endukugga dan Ninukugga, karena Enmul dan Ninmul, semua nenek moyang dewa, fobeas karena Enlil. Perayaan bagi Shulpae dewa penguasa pesta. Bagi Samuqan, dewa penguasa tanaman obat, bagi ibu Ninhursag, dan dewa pencipta di istana penciptaan, bagi tuan rumah Surga, pendeta dan pendeta wanita bertanggung jawab untuk memanjatkan doa – doa kematian.

Gilgamesh, putra Ninsun, terbaring di makam. Di tempat memanjatkan doa, dia menimbang roti pemujaan, di tempat pemujaan dia menuangkan anggur. Hari – hari ini Lord Gilgamesh telah pergi, putra Ninsun, sang raja, yang tidak ada bandingannya, tanpa ada yang menyamai diantara manusia, yang tidak mengabaikan Enlil tuannya. O Gilgamesh, penguasa Kullab milikmu puji – pujian ini.

Kembali ke: Epos Gilgamesh

One thought on “Kematian Gilgamesh

Leave a comment