Kacha dan Devayani

Para dewa dan iblis bertengkar satu sama lain sepanjang waktu. Brihaspati adalah pembimbing para dewa dan Shukracharya adalah pembimbing para iblis. Shukracharya mengenal seni yang indah yang dikenal sebagai mritasanjivani. Ini adalah pengetahuan untuk mengembalikan orang mati ke kehidupan.
Karena Shukracharya tahu seni ini, maka para dewa berada dalam kondisi yang mengerikan. Setan-setan yang dibunuh oleh para dewa dapat segera dihidupkan kembali oleh Shukracharya. Tetapi Brihaspati tidak mengenal seni semacam itu. Jadi setiap dewa yang dibunuh para iblis, tetap mati. Para dewa merenungkan tentang masalah ini dan akhirnya sampai pada solusi. Brihaspati memiliki seorang putra bernama Kacha. Para dewa memberitahu Kacha. “Pergilah engkau dan jadilah murid Shukracharya. Cobalah untuk belajar seni mritasanjivani darinya. Shukracharya memiliki seorang putri cantik bernama Devayani. Cobalah untuk menjilatnya agar tugasmu menjadi lebih mudah.”

Kacha pergi ke Shukracharya. “Tolong terimalah aku sebagai muridmu,” katanya. “Saya putra Brihaspati yang agung. Saya akan melayani Anda dengan setia selama seribu tahun.”

Karena tidak disebutkan berasal dari mritasanjivani Shukracharya dengan senang hati menyetujui proposisi ini. Kacha tinggal bersama Shukracharya dan melayani gurunya. Dia menjadi ramah dengan Devayani dan Devayani mulai jatuh cinta pada Kacha. Lima ratus tahun berlalu. Setan-setan itu tahu bahwa Kacha adalah putra Brihaspati. Karena mereka membenci Brihaspati, mereka membenci Kacha juga. Kacha mempunyai kebiasaan
membawa ternak Shukracharya ke hutan untuk merumput. Ketika Kacha sedang sendirian di hutan, iblis menangkap kesempatan itu. Mereka membunuh Kacha dan mengumpankan bangkai tubuhnya ke harimau. Di malam hari, ternak-ternak itu kembali ke rumah sendirian. Kacha tidak bersama mereka.
Melihat hal ini, Devayani mengatakan kepada ayahnya, “Ternak-ternak ini telah kembali ke rumah tanpa Kacha. Saya yakin seseorang telah membunuhnya. Aku jatuh cinta pada Kacha dan tidak bisa bertahan hidup tanpanya. Tolong lakukan sesuatu.”

“Jangan khawatir,” Shukracharya memberi tahu Devayani. “Aku akan membawa Kacha kembali ke kehidupan dengan seni mritasanjivani.”

Segera setelah Shukracharya mengucapkan mantra magis, Kacha muncul di hadapan mereka, sehat walafiat. Hari-hari berlalu. Kacha pergi ke hutan sekali lagi, kali ini untuk memetik bunga. Setan-setan itu membunuhnya lagi. Tetapi kali ini mereka membakar mayat itu dan mencampur abunya dengan segelas anggur. Mereka kemudian menyajikan anggur ke Shukracharya untuk diminum. Ketika Kacha tidak kembali, Devayani kembali memberi tahu ayahnya. “Saya yakin seseorang telah membunuh Kacha. Saya tidak bisa bertahan tanpanya. Tolong lakukan sesuatu.”
Melalui kekuatan ini, Shukracharya menemukan apa yang telah terjadi. Dia memberi tahu putrinya, “Kita memiliki masalah, Kacha berada di dalam perutku. Aku dapat menghidupkan kembali Kacha dengan memanggilnya melalui mritasanjivani. Tetapi dalam prosesnya, ia harus mencabik-cabik tubuhku dan aku akan mati. Katakan padaku, putri terkasih, yang mana yang engkau inginkan? Kacha ataukah ayahmu yang akan hidup.”

“Aku menolak pilihan itu.” Jawab Devayani. “Baik engkau maupun Kacha harus hidup. Aku tidak bisa bertahan hidup tanpa keduanya. ”Shukracharya kemudian memutuskan bahwa hanya ada satu jalan keluar. Dia berbicara kepada Kacha, yang ada di dalam perutnya, dan mengajari dia kata-kata mantra mritasanjivani. Dia kemudian membacakan kata-kata itu sendiri dan keluarlah Kacha. Tubuh Shukracharya robek dan orang bijak itupun mati.
Tetapi Kacha telah mempelajari kata-kata mantra itu. Dia sekarang membacakannya untuk menghidupkan kembali Shukracharya. Dengan demikian, apa yang ingin dipelajari oleh Kacha telah dia dapatkan. Setelah menghabiskan seribu tahun bersama Shukracharya, dia bersiap untuk kembali dari surga. “Kemana kamu akan pergi?” Tanya Devayani. “Apakah kamu tidak tahu bahwa aku jatuh cinta padamu? Menikahlah denganku.

“Saya takut tidak bisa melakukan hal itu,” jawab Kacha. “Kamu adalah putri guruku. Karena itu, engkau lebih pantas untuk aku hormati seperti halnya hormatku pada guruku. Aku tidak bisa menikah denganmu, apalagi aku telah menghabiskan beberapa waktu di dalam tubuhnya. Dan ketika aku keluar, seolah-olah aku adalah seorang putra yang telah dilahirkannya. Karena itu engkau adalah saudara perempuanku. Bagaimana aku bisa menikah denganmu?” Dengan demikian cinta Devayani ditolak. Devayani menjadi sangat marah. “Kamu bermain dengan kata-kata,” katanya. “Aku mengutukmu bahwa meskipun kau telah mempelajari seni mritasanjivani, itu akan terbukti tidak ada gunanya bagimu.”

“Kau telah mengutukku dengan apa yang seharusnya tidak perlu engkau lakukan,” jawab Kacha. “Maka aku juga akan mengutukmu bahwa tidak ada brahmana yang akan menikahimu dan engkau tidak akan pernah mendapatkan apa pun yang engkau inginkan.”

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Kacha dan Devayani

Leave a comment