Kartikeya dan Taraka

Kartikeya atau Skanda lahir beberapa hari kemudian. Anak itu bersinar dengan cahaya seribu matahari dan memiliki enam (shada) wajah (anana). Karena itu ia juga dikenal sebagai Shadanana. Dewa-dewa mempersenjatai Kartikeya dengan beragam senjata dan mengangkatnya sebagai jendral mereka. Mereka memintanya untuk membunuh iblis Taraka dan medan pertempuran untuknya disiapkan. Ketika Taraka melihat Kartikeya, dia berkata, “Apa yang dilakukan anak laki-laki sepertimu di medan perang? Pergilah dan bermain dengan bola saja sebagai gantinya.”

“Medan perang bukan tempat untuk ngobrol,” jawab Kartikeya. “Tampilkan kekuatanmu sebagai gantinya.” Mendengar kata-kata ini, Taraka melemparkan sebuah Gada ke arah Kartikeya. Tapi Kartikeya dengan mudah memukul Gada tersebut dengan vajra. Iblis itu kemudian melemparkan kapak, tetapi Kartikeya dengan mudah menangkap kapak itu dengan tangannya. Dia kemudian memukul iblis itu dengan gadanya sendiri. Hal ini membuat Taraka sangat marah sehingga ia menghujani segala macam senjata ke arah Kartikeya. Tapi bocah itu menangkis semua serangan ini dan mulai membunuh iblis itu dengan senjatanya sendiri. Banyak setan melarikan diri dengan cemas. Adapun Taraka sendiri, ditusuk di bagian dadanya oleh tombak Kartikeya hingga mati. Dengan demikian, anugerah Brahma telah menjadi kenyataan.

HIRANYAKASHIPU
Diti memiliki seorang putra bernama Hiranyakashipu. Iblis ini bermeditasi selama sebelas ribu tahun di bawah air. Selama periode ini, dia tidak makan atau berbicara sama sekali. Meditasi ini menyenangkan Brahma dan Brahma menawarkan untuk memberikan Hiranyakasipu suatu anugerah. “Apa yang kau inginkan?” Dia bertanya.

“Jika Anda senang, berikan saya anugerah berikut,” jawab iblis itu. “Aku tidak akan dibunuh oleh dewa, setan, gandharva, yaksha, rakshasa atau ular. Aku tidak akan dibunuh oleh manusia atau hantu. Para Resi tidak akan bisa mengutukku. Aku tidak akan bisa dibunuh dengan senjata, gunung atau pohon. Aku tidak akan terbunuh pada siang hari atau malam hari. Aku tidak akan dibunuh oleh sesuatu yang kering atau sesuatu yang basah.” Anugerah yang agak aneh inipun diberikan oleh Brahma. Tetapi para Resi, para Dewa, para Gandarva dan ular mengeluhkan hal itu kepada Brahma. “Apa yang telah engkau lakukan?”, mereka bertanya. “Iblis ini sekarang akan menindas seluruh alam semesta.”

“Jangan khawatir,” jawab Brahma. “Ketika saatnya tiba, Vishnu sendiri yang akan membunuh Hiranyakashipu.”

Dan sesuai dengan dugaan, iblispun mulai menindas dunia. Dia menghancurkan pertapaan para resi dan mengusir para dewa dari surga. Semua yajna dihentikan. Para dewa dan Resi mulai berdoa kepada Wisnu. Mendengar doa-doa ini, Wisnu mengubah bentuk menjadi makhluk aneh setengah manusia dan setengah singa. Karena nara berarti manusia dan simha berarti singa, maka makhluk ini disebut Narasimha. Kemudian Narasimha berkunjung ke istana Hiranyakashipu. Hiranyakashipu memiliki seorang putra bernama Prahlada dan saat melihat Narasimha, Prahlada berseru, “Aku memiliki kecurigaan kuat bahwa makhluk ini tidak lain adalah Wisnu dan iblis akan menderita di tangannya”. Hiranyakashipu meminta prajuritnya untuk menangkap makhluk tersebut, atau membunuhnya.

Tetapi para prajurit tidak mampu untuk melakukan hal itu; Narasimha membunuh mereka semua. Hiranyakasipu lalu melemparkan segala macam senjata ke arah Narasimha. Tetapi hebatnya, dan yang membuatnya kebingungan adalah bahwa makhluk aneh itu dapat membuat semua senjata itu menjadi tidak membahayakan. Senjata apa pun yang dilemparkan tak ada yang mampu menyakiti makhluk aneh itu. Senjata apa pun yang dilemparkan hanya ditelan saja oleh Narasimha. Batu-batu yang dilemparkan padanya tak ada yang mampu menjangkaunya. Kemudian Narasimha menggenggam Hiranyakashipu dan menempatkannya di pahanya. Dia kemudian merobek dada iblis itu dengan cakarnya. Dengan demikian, Hiranyakashipu tidak terbunuh oleh senjata, gunung, pohon, atau oleh sesuatu yang basah atau kering. Wisnu dalam bentuk Narasimhanya bukanlah dewa, setan, gandharva, yaksha, rakshasa, ular, manusia, atau hantu. Karena pembantaian terjadi pada malam hari, itu bukan malam atau siang. Semua kondisi dari anugerah Brahma terpenuhi. Seluruh dunia bersukacita atas kematian sang raja iblis.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Kartikeya dan Taraka

Leave a comment