Marut

Meskipun para dewa dan setan adalah sepupu, mereka tidak saling menyukai dan berkelahi di antara mereka sendiri sepanjang waktu. Banyak daityas dibunuh oleh Vishnu dan dewa lainnya.

Diti sedih melihat anak-anaknya demikian menderita. Maka dia memutuskan bermeditasi untuk mendapatkan seorang putra yang sangat kuat sehingga dia dapat membunuh Indra, raja para dewa. Di tepi sungai Sarasvati yang suci terdapat tirtha (tempat ziarah) yang bernama Syamantapanchaka. Diti pergi ke sana dan mulai berdoa kepada sang bijak Kashyapa. Dia hidup dari akar dan buah-buahan dan bermeditasi selama seratus tahun.

Doa-doa ini memuaskan Kashyapa. “Mintalah suatu anugerah,” katanya. “Tolong beri aku anak laki-laki yang akan membunuh Indra,” jawab Diti.
“Itu akan menjadi seperti yang engkau inginkan,” kata Kashyapa. “Tetapi ada beberapa kondisi. Anda harus tinggal di pertapaan ini selama seratus tahun lebih. Selama seratus tahun ini Anda akan melahirkan bayi di dalam rahim Anda. Namun ada beberapa aturan terkait kebersihan yang harus engkau perhatikan. Anda tidak boleh makan di malam hari, serta tidak boleh tidur di bawah pohon di malam hari. Latihan tidak diizinkan dalam bentuk apa pun. Jangan tidur dengan rambut tanpa balutan, atau tanpa mandi. Jika Anda dapat mematuhi aturan ini selama seratus tahun, Anda akan memiliki putra yang Anda inginkan.”

Kashyapa pergi dan Diti mulai menjalankan dengan patuh ritual yang disyaratkan oleh sang bijak. Tetapi Indra mengetahui apa yang sedang terjadi dan dia secara alami tidak mengizinkan kelahiran seorang putra yang akan menjadi penyebab kehancurannya sendiri. Dia bersembunyi di sekitar pertapaan Diti, pura-pura melayani bibinya. Dia membawakan kayu bakar dan buah-buahan dan bentuk-bentuk pelayanan yang lain. Namun kenyataannya, dia hanya menunggu kesempatan. Dia menunggu saat ketika Diti gagal mematuhi norma-norma kebersihan yang telah ditetapkan untuknya.

Sembilan puluh sembilan tahun dan tiga ratus enam puluh dua hari telah berlalu. Artinya, hanya tinggal tiga hari untuk periode seratus tahun yang akan berakhir. Pada suatu kesempatan ketika Diti sedang lelah dan juga karena masa cobaannya akan segera berakhir, sehingga dia menjadi agak ceroboh. Dia tertidur tanpa mencuci rambutnya. Yang lebih parah, dia tidur tanpa mengepang rambutnya. Ini adalah tindakan kotor, melanggar norma.

Indra mengambil kesempatan itu. Karena Diti telah melakukan tindakan yang tidak bersih, maka pertahanannya menurun. Indra memasuki rahim Diti dalam sekejap. Indra memiliki senjata indah bernama vajra. Dengan vajra, Indra memotong bayi di rahim Diti menjadi tujuh bagian. Bagian-bagian ini mulai menangis. “Ma ruda,” kata Indra. “Jangan menangis.” Tapi bagian-bagian itu terus menangis. Karena itu Indra memotong setiap bagian menjadi tujuh bagian lagi, sehingga ada empat puluh sembilan bagian seluruhnya. Karena Diti gagal mematuhi ritual yang telah ditentukan, maka keempat puluh sembilan bagian ini tidak lagi menjadi ancaman bagi Indra. Ketika mereka lahir, mereka kemudian dikenal sebagai marut, yang berasal dari kata-kata yang digunakan Indra saat berada di rahim Diti. Mereka diangkat statusnya menjadi dewa dan menjadi teman-teman dekat Indra.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Marut

Leave a comment