Saran Brahma

Dewa-dewa yang selamat dari pertempuran dan masih bebas mulai berdoa kepada Brahma. “Adakah yang bisa aku bantu?”, Tanya Brahma. “Mengapa kalian semua tampak begitu putus asa?”

“Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas kemalangan ini,” jawab para dewa. “ Engkau telah memberikan Taraka suatu anugerah yang membuatnya menjadi tidak terkalahkan. Dipersenjatai dengan anugerah ini, dia akan menindas alam semesta dan yang pasti ia juga telah menghempaskan pasukan kami. Apa yang harus kami lakukan sekarang?”

“Tidak ada alasan untuk kesedihan semacam itu,” kata Brahma. “Taraka tidak abadi. Dia akan dibunuh oleh seorang anak berusia tujuh tahun. Sayangnya anak itu belum lahir. Dia akan menjadi putra Siwa. Masalahnya adalah bahwa Siwa belum menikah. Dia sebelumnya menikah dengan Sati, tetapi Sati mengorbankan dirinya pada saat sebuah yajna. Dia sekarang telah dilahirkan kembali sebagai Parwati. Tugas di tangannya adalah memastikan agar Siwa dan Parvati bisa menikah. Karena putra mereka dari pernikahan itulah yang akan membunuh Taraka.”

Adalah perlu untuk membuat Siwa jatuh cinta pada Parwati. Oleh karena itu, Madana sang dewa cinta, dikirim oleh Indra untuk pergi ke pertapaan Siwa sehingga rencana ini bisa tercapai. Tetapi karena ini mengganggu meditasi Siwa, maka Siwa membakar Madana. Sementara itu, Parvati mulai melakukan tapasya agar bisa menjadikan Siwa sebagai seorang suami. Selama seratus tahun lebih, dia hanya makan satu daun sehari. Dan untuk seratus tahun terakhir, dia bermeditasi sambil berpuasa. Ketujuh resi agung itu pergi dan memberi tahu Siwa tentang tapasya-nya Parvati hingga membuat Siwa setuju untuk menikahi Parvati. Pernikahan itu diselenggarakan di tengah-tengah pawai yang meriah. Semua sungai dan gunung datang untuk menghadiri upacara tersebut. Begitu juga para resi, dewa, gandharva, para bidadari dan para yaksha. Brahma sendiri bertindak sebagai pendeta dalam upacara pernikahan itu.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Saran Brahma

Leave a comment