Savitri

Dulu ada seorang raja bernama Ashvapati yang memerintah di kerajaan Madra. Ashvapati tidak memiliki putra. Karena itu ia mulai berdoa kepada dewi Savitri agar ia dapat memiliki seorang putra. Dia melakukan ribuan yajna. Akhirnya sang dewi muncul di hadapan raja dan berkata, “Engkau tidak akan memiliki seorang putra. Tetapi aku akan memberi engkau seorang anak perempuan.” Anak perempuan itu bernama Malati. Tapi karena dia lahir sebagai hasil dari anugerah yang diterima dari dewi Savitri, dia lebih dikenal sebagai Savitri. Ketika Savitri dibesarkan, dia menikah dengan Satyavana, putra Raja Dyumatsena. Narada yang bijak datang untuk mengunjungi mereka dan memberi tahu mereka, “Satyavana akan mati dalam waktu satu tahun ini.” Mendengar hal ini, Savitri dan Satyavana pergi ke hutan untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian yang akan datang.

Ketika hanya empat hari lagi dari rentang hidup yang telah ditentukan yang tersisa, Savitri menjalankan ritual keagamaan yang kini dikenal dengan savitri rata. Ritual itu diantaranya melibatkan puasa selama tiga hari. Pada hari keempat dan terakhir, Satyavana pergi untuk mengumpulkan makanan, akar dan buah-buahan dari dalam hutan belantara dengan ditemani oleh Savitri. Ketika mereka lelah, Savitri duduk di samping kolam untuk beristirahat. Satyavana terus mengumpulkan makanan dan kayu bakar di dekat kolam. Sementara dia sibuk mengumpulkan makanan dan kayu bakar, dia mulai merasakan kepalanya sakit. “Savitri,” dia berkata, “aku tidak bisa menahan rasa sakit ini lebih lama lagi. Biarkan aku beristirahat sebentar dengan kepalaku di pangkuanmu.” Sementara Satyavana sedang beristirahat dengan kepala di pangkuan Savitri, Yama tiba untuk menagih janji Satyavana. Kulit Yama agak gelap dan dia berpakaian serba kuning. Mahkotanya terbuat dari emas, dengan gelang menghiasi lengan dan kalung di lehernya.

Di setiap tubuh manusia ada entitas yang hanya seukuran jari. Entitas ini adalah bagian dari tubuh yang diminta oleh Yama dan akan dibawa ke tempat tinggalnya. Ketika ini selesai, maka hanya mayat yang tersisa. Yama mengikat tubuh Satyavana dengan tali dan bersiap untuk membawanya ke tempat tinggalnya. Tapi ketika Yama pergi, Savitri mengikutinya. “Kau pikir ke mana kau akan pergi?” Tanya yama.

“Aku mengikuti suamiku”, jawab Savitri. “Tidak ada kewajiban yang lebih besar bagi seorang istri daripada melayani suaminya. Ketika suamiku pergi, maka aku harus pergi bersamanya.”

“Aku senang dengan pengabdianmu,” kata Yama. “Mintalah anugerah dan aku akan memberikannya kepadamu. Satu-satunya hal yang tidak bisa kau minta adalah Satyavana dihidupkan kembali.”

“Ayah mertuaku telah menjadi buta,” jawab Saviti. “Oleh karena itu dia tidak lagi menjadi raja. Tolong beri aku anugerah agar penglihatannya dipulihkan sehingga dia bisa menjadi raja lagi”.

“Aku akan mengabulkannya”, Kata Yama.

“Sekarang, silakan kembali. Engkau tidak perlu berlelah diri mengikutiku.”

“Bagaimana aku bisa lelah jika aku mengikutimu?” Tanya Savitri. “Engkau adalah kepala para dewa. Apakah mungkin seseorang akan lelah jika mengikutimu?”

“Itu lebih menyenangkanku,” kata Yama. “Mintalah anugerah lainnya. Tetapi dalam situasi apa pun engkau tidak boleh meminta Satyavana dibawa kembali ke kehidupan.”

“Ayahku tidak memiliki anak laki-laki,” jawab Savitri. “Tolong beri aku anugerah agar ia bisa memiliki seratus putra.”

“Aku kabulkan permintaan itu,” kata Yama. “Sekarang pulanglah, lakukan upacara pemakaman suamimu. Layani orang tua dan mertuamu dengan baik. Engkau tidak perlu melelahkan diri sendiri dengan terus berada disekitarku”.

“Aku mengucapkan terima kasih atas saranmu”, jawab Savitri. “Tapi aku sudah memberitahumu bahwa aku tidak mungkin lelah. Engkau adalah penguasa dharma, penguasa kebenaran. Bisakah seseorang melelahkan diri dengan mengikuti orang seperti itu?”

“Devosimu benar-benar luar biasa, mintalah anugerah lagi lainnya. Tapi jangan minta kehidupan Satyavana”, kata Yama.

“Tolong berilah anugerah agar Satyavana dan aku memiliki seratus putra”, pinta Savitri. Yama kemudian memberikan anugerah itu tanpa berpikir lagi dan Savitri kemudian menunjukkan bahwa apa yang telah disetujui Yama tidak akan mungkin terjadi jika Satyavana meninggal. Yama tidak punya pilihan selain mengembalikan Satyavana ke kehidupan. Yama memuji Savitri dan kemudian pergi. Pada waktunya, Satyavana dan Savitri memiliki seratus putra bernama Malva. Savitri adalah model bagi semua istri yang berbakti untuk diikuti.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Savitri

Leave a comment