Tapasya Taraka

Taraka sangat ditakuti dan dikhawatirkan suatu saat akan dapat mengalahkan para dewa. Tetapi dia menyadari bahwa, sebelum sampai saatnya untuk berperang melawan para dewa, dia harus menjadi kuat terlebih dahulu. Dan kekuatan seperti yang ia inginkan itu tidak bisa dicapai melalui tapasya. Maka Taraka pergi ke pegunungan Pariparta dan memilih sebuah gua di sana untuk meditasinya. Selama beberapa hari, Taraka tidak makan apa-apa, dan pada beberapa hari berikutnya ia hanya bertahan hidup dengan mengandalkan air, kemudian pada hari-hari selanjutnya ia hanya makan dedaunan. Setiap hari ia memotong daging dari tubuhnya dan menawarkannya kepada api sebagai tanda pengabdiannya. Semua kesulitan ini membuat Brahma senang dan dia muncul di hadapan Taraka. “Cukup sudah cukup,” kata Brahma. “Aku senang dengan pengabdianmu. Anugerah apa yang bisa aku berikan kepadamu?”

“Aku ingin bertarung dengan para dewa,” jawab Taraka. “Para dewa telah memberi iblis masa-masa yang sulit dan aku bermaksud untuk membalikkan keadaan. Tolong berilah aku anugerah agar aku tak terkalahkan dan abadi.”

“Keabadian bukanlah suatu anugerah yang dapat diberikan kepada makhluk hidup apa pun.” Kata Brahma. “Semua makhluk hidup harus mati. Tetapi jika engkau mau, aku akan menetapkan kondisi yang cukup sulit untuk kematianmu.”

“Kalau begitu, tolong beri aku anugerah agar aku hanya bisa dibunuh oleh anak berusia tujuh tahun,” pinta Taraka. Brahma dengan senang hati memberikan anugerah ini.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Tapasya Taraka

Leave a comment