Vajranaga

Indra telah membunuh banyak dari anak-anak Diti, para daitya. Diti ingin mendapatkan putra yang bisa membunuh Indra. Tetapi karena dia tidak bisa memenuhi ritual agama yang ditetapkan, maka anak-anak yang lahir justru telah menjadi teman dan sahabat Indra. Namun Indra terus menyerang dan membunuh para iblis. Diti karena itu berdoa lagi kepada suaminya Kashyapa agar dapat memiliki seorang putra lagi yang akan dapat mengalahkan Indra. “Keinginanmu akan dikabulkan,” kata Kashyapa. “Tapi engkau harus bermeditasi keras selama sepuluh ribu tahun. Senjata Indra adalah vajra dan putra yang akan lahir akan memiliki tubuh (anga) sekeras vajra yang akan membuatnya tidak membahayakan. Diti bermeditasi selama sepuluh ribu tahun dan pada waktunya, ia melahirkan putra yang kuat ini. Vajranga tidak terkalahkan. Ketika Vajranga tumbuh dewasa, Diti memberi tahu putranya, “Indra telah membunuh banyak dari putraku. Aku haus untuk membalas dendam. Pergilah dan bunuh Indra.”

Vajranga ditetapkan untuk tinggal di surga. Dia mengalahkan Indra dengan sangat mudah dan mengikatnya. Dia kemudian membawa Indra pulang ke ibunya dan bersiap untuk membunuh raja para dewa itu. Kematian Indra akan menjadi bencana besar maka Brahma dan Kashyapa bergegas menuju ke sana. “Vajranga,” kata mereka. “Harap jangan bunuh Indra. Biarkan dia pergi. Jika seseorang yang pantas dihormati itu dihina, hal itu seperti kematian baginya. Indra telah engkau kalahkan. Karena itu ia telah terhina dan itu sama dengan kematian baginya. Tidak perlu engkau secara fisik membunuhnya. Selain itu, kenyataan bahwa engkau membiarkan Indra pergi atas permintaan kami akan diketahui semua orang. Sehingga bahkan jika dia hidup, semua orang akan menganggapnya mati. Dengarkan permintaan kami dan biarkan dia pergi.”

“Aku tidak menentang saran itu sama sekali,” jawab Vajranga. “Dan aku tidak bermaksud membunuh Indra. Aku hanya mematuhi instruksi ibuku. Bagaimana aku bisa menolak dua sosok yang sangat dihormati seperti Anda? Salah satu dari Anda adalah pencipta seluruh alam semesta dan yang satu lagi adalah ayahku sendiri. Aku akan membiarkan Indra pergi. Tapi tolong beri aku anugerah. Berikan aku anugerah agar aku dapat melakukan banyak tapasya.” Anugerah ini mudah diberikan. Selain itu, Brahma menciptakan seorang wanita cantik bernama Varangi dan menikahkannya dengan Vajranga.

Vajranga pergi ke hutan untuk bermeditasi. Selama seribu tahun, dia berdiri dengan tangan terangkat ke arah langit. Dalam posisi ini, dia bermeditasi. Dia kemudian berdiri dalam posisi kepala berada dibawah selama seribu tahun lebih untuk bermeditasi. Sebagai bagian akhir dari tapasya, dia ingin bermeditasi di bawah air selama seribu tahun lebih. Ketika Vajranga memasuki air, istrinya Varangi dengan sabar menunggu suaminya untuk kembali. Dan selama ini, dia juga bermeditasi. Tetapi Indra tidak akan membiarkan anjing untuk tidur nyenyak. Dia mengubah bentuk menjadi monyet dan mencabut semua pohon yang ada di pertapaan Varangi. Selanjutnya ia mengubah bentuk menjadi domba dan memakan semua rumput yang ada di sana. Kemudian menjadi ular, dan dia mencoba menggigit wanita itu. Akhirnya, ia mengubah bentuk menjadi awan dan membasahi pertapaan dengan hujan yang lebat. Karena Varangi sedang bermeditasi, dia tidak berada dalam posisi untuk membalas atau melindungi dirinya sendiri. Dia harus menanggung semua gangguan ini.

Ketika seribu tahun berlalu, Vajranga kembali. Dia terkejut mengetahui siksaan yang dialami istrinya oleh Indra. Kemudian ia mulai meditasi lagi. Kali ini, ia menginginkan seorang putra yang akan membunuh Indra. Brahma muncul dan memberikan Vajranga anugerah yang diinginkan. “Engkau akan memiliki seorang putra yang akan menjadi cambuk para dewa,” kata Brahma. “Dia akan dipanggil Taraka.” Selama seribu tahun, Varangi melahirkan bayi di rahimnya. Ketika Taraka lahir, bumi bergetar dan gelombang pasang melanda di lautan. Badai yang ganas mulai mengamuk. Hewan liar bersuka-cita dan para Resi bergidik. Hingga tiba pada waktunya, Taraka dimahkotai dan diangkat sebagai raja iblis.

Kembali ke: Matsya Purana

One thought on “Vajranaga

Leave a comment