Bab 6 – Penciptaan Sistem Tata Surya

Dengan mempelajari rancangan umum mengenai ‘bentuk’ evolusi pada sistem tata surya pada uraian yang luas ini, cukup bermanfaat dalam melakukan penelitian, mengisi rincian lebih rinci dan juga mempertimbangkan cara dimana sistem tersebut pada awalnya terbentuk dari materi primordial.

Kali ini kita dapat memulai dengan unit atau hal yang besar (sistem secara keseluruhan) dan dengan mantap mengerucut kepada hal-hal yang lebih kecil (globe).

Sebelum adanya sistem tata surya terdapat materi akar (root-matter), yang merupakan substansi yang akan menggubah setiap jenis materi yang telah kita ketahui. Materi akar ini disebut oleh para ilmuan sebagai eter angkasa (ether of space) dan yang digambarkan dalam ilmu kimia astrologi sebagai koilon.

Eter yang dimaksud disini tentu bukanlah materi eter yang menyusun bagian yang lebih halus dari dunia fisik kita.

Secara fisik, angkasa diduduki oleh koilon yang kosong meskipun kenyataannya eter tersebut jauh lebih padat dari segala hal yang dapat kita bayangkan. Profesor Osborne Reynolds, seorang pencetus teori terkenal, sependapat dengan penelitian astrologi yang menentukan kepadatannya yang 10 ribu kali lebih besar dibandingkan air dan artinya memiliki tekanan sebesar 750 ribu ton per inci kuadrat.

Sunstansi ini hanya dapat dirasakan oleh kekuatan terus mata yang sangat terasah. Kita harus memperhitungkan waktu ketika substansi ini mengisi seluruh angkasa. Kita juga menganggap bahwa beberapa entitas yang besar (hampir lebih besar dibandingkan logos pada tata surya) mengubah kondisi dengan menuangkan roh atau kuasa terhadap bagian tertentu dari materi tersebut, bagian ukuran dari seluruh semesta.

Pengaruh dari pengenalan kuasa ini adalah bahwa pada hembusan yang megah didalam eter atau koilon, menciptakan sejumlah gelembung-gelembung kecil yang tak terhingga banyaknnya. Gelembung didalam koilon merupakan atom terakhir dimana semua hal yang kita sebut materi diciptakan.

Gelembung tersebut merupakan materi atom pada bentuk kosmik paling rendah. Dan dikarenakan gelembung-gelembung tersebut, logos pada sistem tata surya kita akan membentuk tujuh bentuk pada sistem yang kemudian dikumpulkan untuk membentuk bentuk kosmik paling rendah.

Kuasa dimana gelembung tersebut pada awalnya terbentuk adalah yang disebut oleh H. P. Blavatsky sebagai fohat, yang artinya “menggali lubang di angkasa,” yang mengingatkan kita kepada ucapan seorang ilmuan Perancis, “tidak ada materi apapun kecuali lubang pada eter.”

Gelembung-gelembung tersebut bukan seperti gelembung sabun yang merupakan lapisan film dari air dengan permukaan luar dan dalam yang membungkus udara didalamnya, namun lebih menyerupai gelembung pada air soda yang hanya memiliki satu permukaan dimana udara bertemu dengan air.

Seperti yang baru saja dikatakan, pengelihatan tertinggi hanya dapat mengetahui bahwa gelembung tersebut benar-benar kosong, sehingga masih belum diketahui apakah ada gerakan yang terjadi didalamnya, atau apakah mereka berotasi pada sumbunya atau tidak.

Kemungkinan mereka tidak bergerak sendiri, namun bergerak tunggal atau berkelompok dengan begitu saja. Tidak ada dua gelembung yang saling bersentuhan satu sama lain bagaimanapun kondisinya.

Ketika logos tata surya (entitas besar pada sistem tata surya kita) memilih untuk mewujudkan dirinya ketika ia keluar dari keabadian dan ingin membentuk sistem ini, ia siap untuk mengolah massa gelembung-gelembung kecil tanpa batas tersebut.

Dimulai dengan menentukan sebuah area, batasan bentuk aktivitas yang kemungkinan berada pada aura diri logos yang mana kelilingnya jauh lebih besar daripada orbit planet-planet terluarnya kelak.

Sungguh area yang luar biasa raksasa, dimana jarak antara sistem tata surya dimana semua proporsinya lebih besar daripada sistem itu sendiri. Namun, terdapat kemungkinan bahwa logoi pada sistem benar-benar berhubungan satu sama lain pada bentuk yang lebih tinggi.

Didalam batasan yang telah ditandai tersebut, logos membuat sebuah gerakan yang menyapu secara bersamaan semua gelembung-gelembung tersebut menjadi sebuah massa sentral yang luas yang kemudian mengkondensasi atau mengkompresi materi gelembung yang pada awalnya berserakan di angkasa yang luas menjadi wilayah yang lebih kecil.

Pada sebuah tahapan tertentu kondensasi atau kompresi tersebut (tahapan ketika radius dari globe logos melampaui orbit planet terluar sistem, seperti yang diketahui saat ini) logos membuat gerakan memutar yang disertai dengan aksi elektris yang kuat sehingga membentuk vorteks kolosal pada banyak dimensi, yakni materi pembentuk nebula.

Kompresi dari masa berputar tersebut dilanjutkan dalam waktu yang tidak diketahui. Faktanya, vorteks tersebut dibuat oleh logos pertama kali ketika masih aktif. Ketika proses kompresi, logos bekerja melalui aspek ketiganya, dan mengirimkan tujuh impuls atau “hembusan”.

Impuls yang pertama membuat semuanya melalui sejumlah besar vortice kecil, yang masing-masingnya menarik 49 gelembung dan menyusunnya dalam bentuk tertentu. Kelompok gelembung tersebut begitu terbentuk merupakan atom-atom dari bentuk atau dunia kedua (anupadaka).

Keseluruhan dari gelembung tersebut tidak digunakan dengan cara tersebut, namun pada keadaan yang terpecah bertindak sebagai atom-atom pada dunia pertama atau adi.

Tepat pada waktunya datanglah impuls kedua yang mengikat atom dari 49 gelembung (masih mencukupi untuk memberikan atom-atom untuk dunia anupadaka, menarik kembali, memecahnya hingga menjadi gelembung komponen dan kemudian melemparkannya kembali, menyusun vortices, yang masing-masing memegang 2401 gelembung atau 492. Itulah atom-atom dunia ketiga, atma.

Setelah datang impuls ketiga, yang dengan cara yang sama menangkap hampir 2401 atom gelembung (cukup untuk membentuk atom-atom dunia atmic) menarik kembali, memecah mereka dan melemparkan mereka sekali lagi sebagai atom dunia keempat, yakni buddhi, dimana masing-masing atom berisikan 117,649 gelembung atau 493.

Proses tersebut terus berlanjut hingga impuls keenam telah membangun atom ketujuh atau dunia terendah, yakni bentuk fisik, dimana atomnya mengandung 496 atau sekitar 14 ribu juta gelembung. Atom-atom tersebut tentu saja bukanlah atom-atom dalam ilmu kimia, namun atom pokok yang membuat semua atom kimia.

Kemungkinan besar electron marupakan atom astral. Dimana dinyatakan oleh para ilmuan bahwa sebuah atom kimia hydrogen mengandung elektron 700 hingga 1000 elektron, dan atom kimia hydrogen setara dengan 882 atom astral. Hal ini bisa jadi kebetulan, namun tetap saja ada kemungkinan terjadi. Para ilmuan kemudian memecah materi fisik dan menemukan materi astral, meskipun mareka akan menganggap materi astral sebagai turunan dari materi fisik.

Uskup Leadbeater tidak tahu apakah atom fisik yang dipecah seperti itu akan terbentuk kembali dengan sendirinya, namun dengan usaha yang dilakukan atom fisik pecah menjadi atom astral atau mental yang memerlukan kesinambungan kerja dalam memegang atom dalam bentuknya yang berbeda, dan kemudian kuasa keinginan membuat atom fisik kembali muncul.

Meskipun begitu, hal ini tentu saja hanya digunakan untuk memecah atom fisik pokok, dimana ketika atom kimia pecah menjadi atom pokok, mereka tetap berada pada kondisi tersebut dan tidak kembali ke kondisi asalnya.

Perlu dicatat bahwa meskipun atom-atom dari bentuk manapun tidak tercipta secara langsung dari atom-atom pada bentuk diatasnya (astral) namun apabila gelembung tersebut belum melewati semua bentuk diatasnya, maka atom fisik tidak dapat diciptakan dari mereka.

Metode hindu menggambarkan proses tersebut sebagai berikut: Setiap bentuk memiliki apa yang disebut dengan ‘tanmatra’ dan ‘tattva’. Tanmatra merupakan modifikasi kesadaran logos, sedangkan tattva adalah efek yang dihasilkan materi dari modifikasi tersebut. Kita dapat membandingkan tanmatra dengan ombak pasang yang berjalan diatas pantai berpasir, mundur, dan kemudian diikuti oleh ombak yang lain yang berjalan lebih jauh. Kita dapat membandingkan tattva dengan gundukan kecil yang terbentuk di pasir oleh ombak, pada garis terjauh yang dicapai ombak tersebut. Gagasan tersebut digambarkan pada Diagram XI.

Diagram XI. Tattva dan Tanmatra

Setiap atom memiliki ke-ada-annya, kata ‘ada’ menunjukkan kehebatan. Ukuran getaran atom oleh kehendak logos adalah tanmatra, ukuran ‘ada’, inilah yang menjadi sumbu dari atom, perbedaan suduh yang dalam batasan tetap getaran menentukan bentuk permukaannya.

Kesadaran logos terletak didalam setiap atom yang ditunjukkan dalam batasan tertentu, yang terkadang kita sebut dengan ‘bentuk’ (plane).

Proses penciptaan materi pada tahapan secara berturut-turut seringkali digambarkan sebagai tarikan dan hembusan nafas tuhan.

Eksistensi dari materi mutlak tergantung terhadap kesinambungan dari sebuah gagasan dalam pikiran logos. Apabila ia memilih untuk menarik kuasanya, semisal dari bentuk fisik, maka seluruh atom secara instan akan terpecah dan seluruh bentuk fisik tersebut akan menghilang begitu saja, seperti cahaya lilin ketika ditiup.

Atom fisik pokok memiliki tiga pergerakan, antara lain (1) rotasi pada sumbunya; (2) gerakan pada orbit lingkaran; (3) berdenyut seperti jantung, dengan ekspansi dan kontraksi yang konstan. Tiga gerakan tersebut selalu terjadi dan tidak dapat dipengaruhi oleh kuasa apapun dari luar. Kuasa dari luar (misalkan cahaya) akan membuat atom bergerak kasar keatas dan kebawah, amplitude dari pergerakan tersebut menjadi proporsional terhadap intensitas cahaya dan panjang gelombang yang dihasilkan dari pergerakan sejumlah atom tersebut ditentukan oleh warna dari cahaya.

Selain kuasa dari logos, yang memegang atom dalam bentuknya, ada salah satu dari kuasanya yang bekerja pada sejumlah tingkatan yang berbeda. Terdapat tujuh susunan kuasa tersebut, satu diantaranya bekerja pada operasi selama setiap lingkaran, menjalani apa yang disebut spirila didalam atom. Untuk deskripsi spirilla ini, seperti juga rincian lain mengenai struktur atom, para mahasiswa merujuk pada Occult Chemistry (Edisi 1919, hal. 21-23, dan lampiran, ii-vi).

Dalam angkasa antar bintang (diantara beberapa sistem tata surya) atom-atom berada pada kondisi yang bebas dan sama jauh, yang merupakan kondisi normal mereka apabila tidak mendapatkan gangguan.

Meskipun begitu, pada ruang diantara planet-planet, atom-atom tersebut tidak pernah bebas bahkan apabila mereka tidak berkolompok dapat memperoleh gangguan dari material komet atau meteor dan juga kompresi dari daya tarik matahari.

Dari pertimbangan diatas, kita dapat membayangkan bagaimana bila ada manusia disana, tubuhnya dapat bergerak bebas disekitar planet, dimana materi mental atom berada pada kondisi terkompresi, namun tidak dapat bergerak atau bekerja pada angkasa yang jauh dimana atom tetap bebas dan tidak terkompresi.

Untuk melanjutkan deskripsi kami mengenai penciptaan sistem tata surya, kita telah sampai pada tahapan dimana bola yang memutar mengandung tujuh jenis materi atom yang mana kesemuanya penting karena semuanya diciptakan dari jenis gelembung yang sama, namun berbeda dari tingkat kepadatannya. Semua jenis tersebut bebas bercampur baur, sehingga spesimen pada setiap jenis akan ditemukan dalam jumlah kecil yang diambil secara acak per bagiannya. Meskipun begitu, kecenderungan umum pada atom yang lebih berat agar lebih jatuh pada pusatnya.

Berikutnya logos mengirim kembali dari aspek ketiganya, sebuah impuls ketujuh yang tidak menarik atom fisik kembali pada dirinya dan memecah hingga gelembung asal, menarik mereka bersama hingga agregat tertentu, sehingga membentuk sejumlah jenis berbeda dari apa yang disebut proto-elements yang kemudian kembali bergabung bersama pada berbagai bentuk yang kita kenal dalam ilmu pasti yakni elemen kimia (chemical elements).

Penciptaan tersebut terjadi selama masa yang panjang dan mereka dibuat pada susunan yang pasti, oleh interaksi beberapa kuasa seperti yang digambarkan pada tulisan Sir William Crookes The Genesis of the Elements.

Proses penciptaan mereka bahkan belum disimpulkan. Sejauh yang kita ketahui, uranium merupakan elemen yang paling akhir dan paling berat, namun materi yang lebih rumit kemungkinan akan dihasilkan dimasa depan.

Ketika tahun berganti, kondensasi meningkat dan tahapan dari perkembangan nebula oleh hidrogen pijar. Berbagai sistem lain di semesta tentu saja juga melalui tahapan ini seperti yang dapat terlihat dengan cara menggunakan teleskop besar.

Pada kasus kita, ketika massa mendingin namun masih berotasi dengan cepat, proses hingga pada akhirnya lebih seperti menjadi cakram yang berputar ketimbang bola. Belahan telah tampak pada cakram tersebut dan membentuk cincin, sehingga memberikan tampilan planet saturnus dan yang mengelilinginya, namun dalam skala yang jauh lebih besar.

Ketika beberapa planet memerlukan tujuan dari evolusi, logos mempersiapkan vorteks tambahan pada titik yang dipilih dalam ketebalan masing-masing cincin yang menjadikan materi cincin yang sangat besar dan berangsur-angsur terkumpul.

Tumbukan dari pecahan-pecahan yang terkumpul tersebut menimbulkan panas, maka materi yang berada dalam kondisi gas membentuk bola pijar yang apabila didinginkan sekali lagi dapat menjadi sebuah planet fisik yang dapat menunjang kehidupan seperti bumi. Kemudian, semua planet dari sistem tata surya kita pun terbentuk.

Pada bagian tertentu dari sistem kita, planet yang telah terbentuk bukanlah Bumi melainkan bulan. Sebagai referensi, Diagram V akan menunjukkan bahwa planet fisik yang pertama muncul pada rantai ketiga, dan planet tersebut berada dalam Pola Evolusi kita, yakni Bulan.

Saat kehidupan aktif bulan pada rantai ketiga telah usai, maka vorteks baru pun mulai terbentuk. Tidak terlalu jauh dari Bulan, dan seluruh materi cincin pun mulai berkumpul. Tumbukan resultan tersebut sekali lagi menghasilkan sebuah bola dengan gas pijar yang sebelumnya menyelimuti permukaan dari Bulan dan setelah itu bola tersebut mengalami kondisi yang sama seperti yang dialami bulan.

Ketika obyek tersebut berangsur-angsur dingin, kondensasi pun terjadi disekitar dua vorteks tersebut, namun sejumlah materi yang jauh lebih besar telah tertarik kepada vorteks yang baru, yang kemudian menjadi Bumi, dari Bulan yang menjadi jauh lebih kecil dari ukuran sebelumnya dan kehilangan udara dan airnya.

Bulan masih bertahan dari panas yang tinggi dalam kondisi plastis seperti lumpur panas, sedangkan bumi sedang berada pada tahap awal setelah mengalami ledakan vulkanik paling dahsyat. Ketika ledakan tersebut terjadi, banyak batu yang berdiameter bermil-mil terlempar ke segala arah di angkasa.

Sebagian besar batu-batu tersebut jatuh ke Bumi, sedangkan beberapa diantaranya menghantam Bulan ketika berada pada kondisi plastis dan menghasilkan benturan yang hebat sehingga terbentuklah kawah-kawah di Bulan (lunar craters). Namun, beberapa diantara kawah tersebut memang adalah benar-benar kawah vulkanik.

Kemudian Bulan tampak seperti bara api yang besar, keras namun keropos. Terkadang banyak kejadian-kejadian fisik yang terjadi pada permukaan bulan. Hal tersebut memungkinkan perpecahaan dan kemungkinan kejadian pada lingkaran ketujuh akan berakhir secara bersamaan dan materinya akan digunakan untuk membuat sebuah dunia baru yang akan menjadi satu-satunya globe fisik pada rantai kelima dari Pola Evolusi kita (Diagram V). Pada globe yang baru tersebut apapun yang tersisa dari bumi akan menjadi sebuah satelit, seperti adanya bulan saat ini yang menjadi satelit bumi.

Pada literatur teosofi, bulan seringkali digambarkan sebagai bola kedelapan, karena tidak termasuk dalam tujuh planet pada rantai kita dimana evolusi terjadi, dan satu-satunya yang tidak ikut bergabung. Bulan dianggap sebagai tumpukan abu pada sistem, kubangan astral, hingga pecahan dari segala hal yang terbuang seperti hilangnya kepribadian yang terjadi pada diri (The Causal Body, hal. 183).

Kembali ke: Sistem Tata Surya

One thought on “Bab 6 – Penciptaan Sistem Tata Surya

Leave a comment