Bab 7 – Logos Tata Surya dan Logoi Planet

Kita telah beberapa kali menyebutkan mengenai Logos tata surya pada bab-bab terdahulu. Sekarang kita akan membahasnya, keterkaitannya pada sistem tata surya dan juga ‘perdana mentrinya’ yang disebut Logoi planet, atau nama lengkapnya Planetary Chain Logoi.

Pada Logos sistem tata surya kita telah mendekati sifat ketuhanan yang diinginkan. Atribut-atribut seperti memihak, tidak adil, cemburu, marah, kejam dan lain-lain tentu saja dapat kita abaikan meskipun hal tersebut tidak pantas dan hanya dapat dibayangkan oleh manusia. Terkait dengan sistemnya, logos memiliki sifat maha tahu, maha ada dan maha kuasa. Pemilik cinta, kuasa, kebijakan dan keagungan dalam ukuran yang paling besar.

Meskipun begitu, ia tetaplah individu (trinitas dalam satu, dan tuhan yang sebenarnya, yang terkikis oleh ketidak-tahuan kita akan sebarapa banyak kemutlakan yang tidak diketahui bahkan sebelum tata surya ada sebagai titik pada debu kosmik.

Kemungkinan kita tidak dapat menggambarkannya sama sekali. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang taat bahkan lebih memilih untuk tidak menggambarkannya, namun hanya sebatas merenungkannya ada pada semua hal, sehingga ada juga pada diri kita.

Matahari merupakan manifestasinya dalam bentuk fisik dan dapat sedikit membantu kita untuk menyadari kualitasnya dan untuk dapat melihat segalanya berasal darinya. Hal tersebut dapat dianggap sebagai kacamata untuk dapat melihat kilau kuasanya.

Yang penting disini adalah bahwa setiap bintang tetap yang ada sama halnya dengan matahari, masing-masingnya merupakan penampakan sebagian dari Logos.

Matahari secara fisik dianggap sebagai chakram atau pusat kuasanya, sama halnya dengan jantung pada manusia, dan manifestasi bagian luar dari pusat utamanya berada dalam badannya.

Meskipun keseluruhan sistem tata surya merupakan tubuh fisiknya, namun aktivitas diluar tubuhnya jauh lebih besar dari pada yang ada didalam. Sistem tata surya yang bagi kita sangat besar hanyalah hal kecil baginya, meskipun itu semua dia namun diluar dan diatas itu ia ada didalam keagungan dan kemegahan yang tidak kita kenal sama sekali. Maka, meskipun kita sepakat dengan panteisme bahwa semua itu adalah tuhan, namun kita jauh berbeda darinya, karena kita tahu bahwa ia memiliki eksistensi yang jauh lebih besar dibandingkan semestanya. “Kuingatkan bahwa semua semesta hanya pecahan kecil dari diriku” (Bhagavad Gita, X, 42).

Dialah yang memegang sistem miliknya dan duduk diatas singasana teratainya. Ia adalah perwujudan yang sempurna dari manusia, namun jauh lebih besar dari manusia. Kita dapat menganggap augoeides (the Causal Body, hal. 101) dibawa terbang tinggi hingga ketidakterbatasan. Baik dalam bentuk yang tetap atau apakah hanya dapat terlihat pada tingkatan tertentu saja, siapa yang tahu?

Oleh karena itu, dasar rasional dari simbol “great bird” yang digunakan untuk menggambarkan tuhan ketika mengamati semestanya, merenungkan air di angkasa, atau berlari seiring evolusinya. Merenung diantara sayap dari sang burung besar adalah bermeditasi agar menyadari penyatuan dengan logos dan konon katanya mereka yang dapat mencapai level tersebut dapat tetap berada disana dalam waktu yang tak terhingga.

Hal ini tentu saja berada diluar kekuatan kata-kata dalam menggambarkan metode penyatuan manusia dengan logos. Disatu sisi, kita manusia dapat menjadi sel dalam tubuhnya, namun tentu saja kita lebih dari itu untuk kehidupan dan kuasanya yang dimanifestasikan melalui kita dengan cara hubungan parallel pada tingkatan yang lebih rendah, yakni pada sel pada tubuh fisik kita sebagai entitas spiritual.

Dari manifestasinya pada bentuk kosmik yang paling rendah dapat kita dapat menganggap bahwa aspek pertamanya adalah pada tingkatan yang paling tinggi (adi), aspek kedua adalah anupadaka atau bentuk monadic, dan aspek ketiga adalah bagian yang lebih tinggi dari bentuk atmic.

Oleh karena itu, sebagai seorang ahli dalam pengembangannya, ia secara bertahap membangkitkan bentuk kesadarannya pertama kali dari aspek pertama hingga ketiga dan menyadari penyatuannya hingga setelah interval yang panjang hingga penyatuan pentuh dengan aspek kedua dan pertama.

Pada beberapa kisah mistis kuno Yunani, logos disimbolkan dengan seorang anak bernama Bacchus yang digambarkan sedang bermain dengan beberapa mainan tertentu. Salah satu diantaranya adalah dadu yang terdiri dari lima obyek persaudaraan. Antara lain:

  • Tetrahedron, diikat oleh 4 segitiga samasisi;
  • Kubus, diikat oleh 6 persegi;
  • Octahedron, diikat oleh 8 segitiga samasisi;
  • Dodekahedron, diikat oleh 12 segilima biasa;
  • Icosahedron, diikat oleh 20 segitiga samasisi.

Ditambah lagi, pada satu ujung lancip dan pada ujung lain bulat, sehingga terdapat 7 bentuk yang sesuai dengan 7 bentuk pada sistem tata surya kita. Masing-masing bentuk tidak menunjukkan bentuk atom dari bentuk yang berbeda melainkan garis kuasa yang mengelilingi atom tersebut.

Hal ini memberikan penjelasan mengenai apa yang pernah dikatakan Plato dimana “tuhan itu geometris”. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang terdahulu mempelajari geometri Euclid tidak seperti yang kita pelajari, melainkan mereka menjadikannya sebagai sebuah panduan untuk sesuatu yang lebih tinggi lagi.

Mainan lain yang dipegang Bacchus adalah gasing yang merupakan simbol atom yang berputar.

Mainan ketiga adalah sebuah bola yang merepresentasikan bumi sebagai globe pada rantai yang menjadi tujuan pemikiran logos diarahkan.

Mainan keempat adalah sebuah cermin yang selalu menjadi simbol cahaya astral dimana gagasan archetypal direfleksikan dan kemudian diwujudkan.

Sementara Bacchus sedang bermain dengan mainannya, kemudian ia dihadang oleh para Titan dan menghancurkan mainannya. Kemudian pecahan-pecahan mainannya tersebut dikumpulkan dan disusun menjadi utuh kembali. Kiasan tersebut merepresentasikan dari satu menjadi banyak, dan penyatuan dari banyak menjadi satu, melalui penderitaan dan pengorbanan.

Agama Hindu juga percaya bahwa tuhan berperan dalam evolusi besar yang disebut Lila, atau permainan Shri Krishna.

Keseluruhan dari sistem tata surya kita adalah manifestasi dari Logosnya dan setiap partikel didalamnya sudah tentu merupakan bagian dari kendaraannya. Semua materi fisik pada sistem tata surya dianggap sepenuhnya menyusun tubuh fisiknya, segala materi astral didalamnya membentuk tubuh astralnya, semua materi mental untuk tubuh mentalnya, dan begitu seterusnya. Logos tata surya muncullah semua kehidupan pada Pencurahan suksesif (The Causal Body, hal. 13, 14, 70). Pencurahan pertama muncul dari aspek ketiganya yang diberikan kepada atom-atom yang sudah ada sebelumnya untuk bercampur menjadi elemen kimia seperti yang digambarkan oleh alkitab sebagai roh tuhan yang melintasi lautan angkasa.

Lalu pada tahapan selanjutnya, kerajaan alam pun tercipta yang merupakan pencurahan kedua dari aspek keduanya, yang membentuk mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan, yang diturunkan pada materi dasar kristus, yang mengisi eksistensi kita. Pada kerajaan manusia, ego sendiri merupakan manifestasi dari pencurahan ketiga, oleh aspek pertamanya yakni bapa yang abadi dan maha penyayang.

Sebelum sistem tata surya diwujudkan, logos membentuk keseluruhan pola tersebut dalam pikirannya dan dengan begitu semuanya secara serempak muncul pada bentuk mentalnya. Kemudian ia merencanakanya, bukan hanya untuk saat ini, namun juga semua waktu dimasa lalu dan dimasa depan.

Tingkatan bentuk mentalnya yang tidak kita ketahui dapat kita sebut dengan bentuk mental kosmik atau lebih tinggi lagi. Bentuk mental kosmik merupakan dua rangkaian bentuk keseluruhan diatas rangkaian tujuh kita.

Pada bentuk mental kosmik, H. P. Blavatsky menamakannya “dunia penggambaran” (archetypal world), sedangkan di Yunani disebut dengan ”dunia yang dapat dipahami” (intelligible world). Segala hal mengenai penciptaan spontan terhadap keseluruhan sistem mengacu pada pembentukan bentuk pemikiran kosmik ini.

Dengan begitu kita dapat menganggap bahwa pada bentuk kosmik tersebut seluruh sistem digunakan pada eksistensi secara serempak oleh pikirannya. Dan juga kuasa kesadarannya pada tingkatan tertentu merefleksikan dirinya sendiri, bahkan pada tingkatan yang jauh lebih rendah, sehingga beberapa orang terkadang dapat mendapatkan pengelihatan terhadap refleksi tersebut. Inilah salah satu penjelasan mengenai mereka yang terus mata terkadang mampu untuk melihat masa depan secara akurat dari waktu ke waktu.

Logos merencanakan apa yang ingin dilakukan oleh rantai planet (planetary chains). Lebih kecil dan mendetil lagi ia memikirkan jenis orang untuk setiap root-race dan sub-race dari yang paling awal, misalnya bangsa Lemuria, bangsa Atlantis, Arya dan ras-ras penerusnya. Kemudian kita akan mendapat kepastian mengenai siapa yang memimpin, yang mengarahkan dan yang mengendalikan evolusi yang terjadi dalam sistem tata surya. Namun kita dapat menganggap bahwa terdapat pemimpin pada setiap pola evolusi, yakni sebuah entitas yang dikenal dengan sebutan Logos Planet, lebih lengkapnya Planetary Chain Logos, yang memimpin keseluruhan rangkaian 7 rantai dalam sebuah pola evolusi.

7 Logoi cabang tersebut merupakan entitas individu yang besar dan pada saat yang sama mereka adalah aspek dari Logos Tata Surya, pusat kuasa, atau chakram didalam tubuhnya.

Keterkaitannya pada Logos mirip seperti ganglia atau pusat saraf terhadap otak. Semua evolusi yang berlangsungakan melalui Logoi tersebut.

Masing-masing pusat tersebut memiliki lokasi khusus atau fokus utama didalam tubuh matahari, dan juga fokus kecil yang selalu menjadi bagian luar dari matahari. Posisi fokus kecil ini selalu ditunjukkan oleh sebuah planet fisik. Diagram XXI merupakan salah satu cara penggambaran gagasan tersebut.

Diagram XII. Hubungan Planet-planet Fisik dengan Matahari

Meskipun demikian, hubungan pasti tersebut bisa jadi sulit untuk terjadi pada tiga fraseologi dimensional kita. Namun kita dapat menganggap bahwa masing-masing pusat memiliki bidang pengaruh praktis yang co-extensive dengan sistem tata surya. Apabila sebuah bagian dari bidang tersebut telah diambil, maka akan menjadi berbentuk bulat panjang. Salah satu foci pada setiap elips akan selalu berada didalam matahari dan yang lainnya akan berada pada planet khusus dibawah aturan logos cabang.

Semua planet fisik tercakup dalam bagian sistem yang biasa untuk semua ovoid, sehinga setiap ovoid yang berputar harus memiliki segmen proyeksi sendiri. Oleh karena itu, sistem tersebut secara keseluruhan telah dianggap mirip seperti sebuah bunga dengan banyak kelopak.

Meskipun demikian, terdapat alasan lain untuk membandingkannya dengan bunga teratai. Meskipun beberapa planet tersebut muncul sebagai globe yang terpisah, kenyataannya terdapat hubungan diantara mereka dengan cara dimana beberapa gagasan kemungkinan dapat diraih oleh mereka yang telah melatih diri mereka dengan sebuah konsepsi ruang empat dimensi.

Analogi ini mungkin bisa membantu, ketika tangan diangkat dan telapak tangan diarahkan keatas agar membentuk semacam cangkir, namun dengan jari-jari yang terpisah, lingkaran yang ada pada titik pertemuan antara jari dan kertas akan merepresentasikan planet fisik, yang kelihatan terisolasi satu sama lain.

Meskipun demikian, lingkaran-lingkaran tersebut semuanya terhubung bersama pada arah yang lain, sebagai bagian dari tangan, meskipun gagasan mengenai tangan cukup melenceng dari pemahaman makhluk dua dimensi yang hanya hidup pada bidang lingkaran.

Sama halnya dengan itu, pada makhluk dimensi yang lebih tinggi, semua planet fisik terhubung bersama kedalam satu keseluruhan, berasal dari sudut pandang yang lebih tinggi namun titik kelopak merukpakan bagian dari bunga yang besar. Jantung dari bunga tersebut mengeluarkan putik yang muncul sebagai matahari secara fisik.

Diagram XIII. Hubungan Empat Dimensi antara Matahari dan Planet-planet

Normalnya, bukan bentuk fisik, astral maupun mental dari salah satu planet yang berkomunikasi dengan bidang yang sesuai pada planet lain. Meskipun demikian, pada buddhic terdapat satu kondisi normal bagi semua planet pada rantai kita.

Sebaliknya, terdapat satu kondisi pada materi atom pada setiap bidang kosmik yang luas dimana 7 cabang bidang atom dari sistem dipisahkan dari yang lain dan membentuk satu bentuk kosmik yang paling rendah, yang kadang disebut dengan cosmic-prakritic.

Dari satu sudut pandang hal tersebut tampaknya sama dengan anggapan kita akan kebenaran sebuah pernyataan mengenai logos planet itu sendiri, dan seperti anggapan mengenai evolusi yang terjadi didalam tubuhnya, globe tersebut menjadi pusat tubuh tersebut, atau yang kita lihat bukanlah globe, melainkan roh mereka.

Dari sudut pandang tersebut globe A akan menjadi pengungkapan pikiran atau tubuh mentalnya, dan semua bentuk tersebut aka nada pada pikirannya. Bidang mental bukan hanya subdivisi ketiga dari bidang kosmik terendah, namun juga subdivisi terendah dari sebuah aspek atau manifestasi logos.

Kita dapat menganggap bahwa ia mewujudkan dirinya melalui tujuh aspek dan masing-masing aspek yang kita sebut bentuk tersebut merupakan bentuk paling rendah dari salah satu aspek tersebut. Sehingga bagian atom dari bentuk mental kita benar-benar merupakan sub bentuk terendah dari tubuh mental logos planet.

Daun tanaman willow pada Matahari merupakan manifestasi dari bentuk fisik yang dipertahankan oleh Devas untuk tujuan tertentu, dengan mengorbankan sebuah batasan tertentu dari aktivitas mereka pada tingkatan yang lebih tinggi yang mana merupakan habitat normal mereka. Dengan mengingat kembali dimana melalui daun willow lah cahaya, panas dan vitalitas matahari sampai pada kita, maka kita dapat melihat bahwa obyek pengorbanan mereka adalah memberikan bentuk fisik kuasa tertentu yang akan tetap tidak berwujud dan dimana para Deva akan bertindak sebagai saluran, reflektor atau ahli dalam kuasa ilahiah yang bekerja pada tingkatan kosmik demi kelangsungan sistem tata surya kita.

Kembali ke: Sistem Tata Surya

Leave a comment